PENGERTIAN TEORI
KONFLIK
![]() |
| Simulasi Teori Konflik Ibarat Mengadu Bidak Catur |
Teori adalah seperangkat pernyataan-pernyataan yang secara sistematis berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang saling kait-mengait yang menghadirkan suatu tinjauan sistematis atas fenomena yang ada dengan menunjukkan hubungan yang khas di antara variabel-variabel dengan maksud memberikan eksplorasi dan prediksi. Di samping itu, ada yang menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda.
Teori harus mengandung
konsep, pernyataan (statement), definisi, baik itu definisi teoretis maupun
operasional dan hubungan logis yang bersifat teoretis dan logis antara konsep
tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori di dalamnya harus
terdapat konsep, definisi dan proposisi, hubungan logis di antara
konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan
untuk eksplorasi dan prediksi.
Suatu teori dapat
diterima dengan dua kriteria pertama, yaitu kriteria ideal, yang menyatakan
bahwa suatu teori akan dapat diakui jika memenuhi persyaratan. Kedua, yaitu kriteria
pragmatis yang menyatakan bahwa ide-ide itu dapat dikatakan sebagai teori
apabila mempunyai paradigma, kerangka pikir, konsep-konsep, variabel,
proposisi, dan hubungan antara konsep dan proposisi.
Konflik secara
etimologis adalah pertengkaran, perkelahian, perselisihan tentang pendapat atau
keinginan; atau perbedaan; pertentangan berlawanan dengan; atau berselisih
dengan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) konflik mempunyai arti
percekcokan; perselisiah; dan pertentangan. Sedangkan menurut kamus sosiologi
konflik bermakna the overt struggle between inthviduals or groups within a
society, or between nation states, yakni pertentangan secara terbuka antara
individu-individu atau kelompok-kelompok di dalam masyarakat atau antara
bangsa-bangsa.
Dengan demikian yang
dimaksud dengan teori konflik adalah any theory or collection of theories that
emphasizes the role of conflict, especially between groups and classes, in
human societies (beberapa teori atau sekumpulan teori yang menjelaskan tentang
peranan konflik, terutama antara kelompok-kelompok dan kelas-kelas dalam
kehidupan sosial masyarakat.
TOKOH-TOKOH TEORI
KONFLIK
Tokoh-tokoh teori
konflik terbagi ke dalam dua fase yakni tokoh sosiologi klasik dan tokoh
sosiologi modern. Adapun tokoh-tokoh teori konflik sosiologi klasik adalah
sebagai berikut:
- Polybus
Polybus lahir pada
tahun 167 SM. Teori konflik yang dikemukakan oleh Polybus bertolak dari
keinginan manusian membentuk suatu komunitas sehingga teori konflik yang
dikemukakan polybus diformulasikan sebagai berikut:
Monarki atau sistem
pemerintahan dengan penguasa tunggal adalah kekuasaan terkuat yang merupakan
bentuk pertama komunitas manusia.
Transisi dari sistem
pemerintahan penguasa tunggal yang didasarkan pada kekuasaan atau kekuatan,
kingship (negara dalam sebuah kerajaan) kepada kekuasaan yang didasarkan pada
keadilan dan wewenang yang sah.
- Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah
Abu Zaid ‘Abdul Rahman Ibn Khaldun dilahirkan di Tunisia pada tahun 1332
Masehi. Ibnu Khaldun adalah Sosiolog sejati. Hal ini didasarkan pada
pernyataannya tentang beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan
peristiwa-peristiwa sosial dan peristiwa-peristiwa sejarah. Prinsip yang sama
juga dijumpai dalam analisis Ibnu Khaldun terhadap timbul dan tenggelamnya
Negara-negara.
- Nicolo Machiavelli
Nicolo Machiavelli
adalah seorang berkebangsaan Italia (1469-1527). Menurut Machiavelli pada
awalnya manusia hidup liar bagaikan binatang buas, ketika ras manusia semakin
meningkat jumlahnya mulai dirasakan kebutuhan akan adanya hubungan dan
kebutuhan pertahananan untuk menentang satu dengan yang lainnya dan memilih
seseorang yang sangat kuat dan berani untuk dijadikan sebagai pemimpin mereka
yang harus dipatuhinya. Kemudian mereka mengenal baik dan buruk dan dapat
membedakan mana yang baik dan yang jahat.
- Jean Bodin
Inti pemikiran Jean
Bodin pada konsepsi titah kedaulatan sebagai esensi dari masyarakat sipil.
Namun demikian, kedaulatan tidak pernah bisa dipisahkan dari prerogative
formal. Hukum diperlakukan sebagai titah kedaulatan. Hukum adat dipandang sah
apabila didukung oleh kedaulatan, karena kedaulatan memiliki wewenang tak
terhingga untuk membuat hukum.
- Thomas Hobbes
Teori konflik yang
dikemukakan oleh Thomas Hobbes adalah bahwa pada dasarnya dorongan utama dari
tindakan manusia diformulasikan sebagai berikut: pada tingkatan pertama manusia
dengan keinginannya terus-menerus dan kegelisahannya akan kekuasaan setelah
berkuasa, artinya rasa ingin berkuasa akan berhenti bilamana sudah masuk liang
kubur. Hal ini terwujud dalam dua hal, seorang raja dan problematikanya karena
keinginan untuk berkuasa adalah sesuatu hal yang tak pernah mengalami kepuasan.
Adapun tokoh sosiologi modern
yang mengemukakan tentang teori konflik adalah sebagai berikut:
- Karl Marx
Karl Marx berpendapat
bahwa Konflik kelas diambil sebagai titik sentral dari masyarakat. Konflik
antara kaum kapitalis dan proletar adalah sentral di masyarakat. Segala macam
konflik mengasumsikan bentuk dari peningkatan konsolidasi terhadap kekacauan.
Kaum kapitalis telah mengelompokkan populasi pada segelintir orang saja. Kaum
borjuis telah menciptakan kekuatan produktif dari semua generasi dalam sejarah
sebelumnya. Tetapi kelas-kelas itu juga berlawanan antara satu dengan yang
lainnya. Masyarakat menjadi terpecah ke dalam dua kelas besar yaitu borjuis dan
proletar.
Dasar analisis kalangan
marxis adalah konsep kekuatan politik sebagai pembantu terhadap kekuatan kelas
dan perjuangan politik sebagai bentuk khusus dari perjuangan kelas. Struktur
administratif negara modern adalah sebuah komite yang mengatur urusan
sehari-hari kaum borjuis. Sebuah bagian dari produksi umum membuat jalan masa
depan bagi konflik-konflik ini. Hal itu memperkirakan bahwa kelas menengah pada
akhirnya akan hilang. Pedagang, perajin masuk ke dalam golongan proletar sebab
modal kecil tidak dapat bersaing dengan modal besar. Sehingga proletar direkrut
dari semua kelas populasi. Perbedaan antara kaum buruh/pekerja kemudian akan
terhapus. Kaum pekerja akan memulai bentuk kombinasi. Konflik akan sering
muncul di antara dua kelas ini. Kaum buruh memulainya dengan bentuk perlawanan
koalisi borjuis agar upah mereka terjaga. Mereka membentuk perkumpulan yang
kuat dan dapat memberikan dukungan kepada mereka ketika perjuangan semakin
menguat. Bagian dari proletar dengan unsur-unsur pencerahan dan kemajuan,
peningkatan potensial secara revolusioner.
- Lewis A. Coser
Konflik dapat merupakan
proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan
struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua
atau lebih kelompok.Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali
identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial
sekelilingnya.
Seluruh fungsi positif
konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang
mengalami konflik dengan kelompok lain. Misalnya, pengesahan pemisahan gereja
kaum tradisional (yang memepertahankan praktik- praktik ajaran katolik pra-
Konsili Vatican II) dan gereja Anglo- Katolik (yang berpisah dengan gereja
Episcopal mengenai masalah pentahbisan wanita). Perang yang terjadi bertahun-
tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat identitas kelompok Negara
Arab dan Israel.
Coser melihat katup
penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang
tanpa itu hubungan- hubungan di antara pihak-pihak yang bertentangan akan
semakin menajam. Katup Penyelamat (savety-value) ialah salah satu mekanisme
khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan
konflik sosial. Katup penyelamat merupakan sebuah institusi pengungkapan rasa
tidak puas atas sebuah sistem atau struktur.
- Ralf Dahrendorf
Sejarah Awal
Bukan hanya Coser saja
yang tidak puas dengan pengabaian konflik dalam pembentukan teori sosiologi.
Segera setelah penampilan karya Coser, seorang ahli sosiologi Jerman bernama
Ralf Dahrendorf menyadur teori kelas dan konflik kelasnya ke dalam bahasa
inggris yang sebelumnya berbahasa Jerman agar lebih mudah difahami oleh
sosiolog Amerika yang tidak faham bahasa Jerman saat kunjungan singkatnya ke
Amerika Serikat (1957- 1958). Dahrendorf tidak menggunakan teori Simmel
melainkan membangun teorinya dengan separuh penerimaan, separuh penolakan,
serta memodifikasi teori sosiologi Karl Marx. Seperti halnya Coser, Ralf
Dahrendorf mula- mula melihat teori konflik sebagai teori parsial, menganggap
teori tersebut merupakan perspektif yang dapat dipakai untuk menganalisa
fenomena sosial. Ralf Dahrendorf menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki
sisi konflik dan sisi kerja sama.
Inti Pemikiran
Ralf Dahrendorf adalah
tokoh utama yang berpendirian bahwa masyarakat mempunyai dua wajah yakni
konflik dan konsensus. Sehingga teori sosiologi harus dibagi dua bagian: teori
konflik dan teori konsensus. Teoritisi konsensus harus menguji nilai integrasi
dalam masyarakat dan teoriritis konflik harus menguji konflik kepentingan dan
penggunaan kekerasan yang mengikat masyarakat bersama dihadapan tekanan
tersebut. Dahrendorf mengakui bahwa terbentuknya sebuah masyarakat tidak akan
terlepas dari adanya dua unsur yakni konsensus dan konflik yang menjadi
persyaratan satu sama lainnya.
FUNGSI-FUNGSI KONFLIK
Kritik yang dilancarkan
terhadap teori konflik dan fungsionalisme struktural maupun kekurangan yang
melekat di dalam masing-masing teori itu, menimbulkan beberapa upaya untuk
mengatasi masalahnya dengan merekonsiliasi atau mengintegrasikan kedua teori
tersebut. Asumsinya adalah bahwa dengan kombinasi maka kedua teori tersebut itu
akan menjadi lebih kuat ketimbang masing-masing berdiri sendiri. Karya paling
terkenal yang mencoba mengintegrasikan kedua perspektif ini berasal dari Lewis
A Coser, The Function of Social Conflict.
Menurut Lewis A. Coser
bahwa konflik mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
- Konflik dapat membantu mengeratkan ikatan kelompok yang berstruktur secara longgar. Masyarakat yang mengalami disintegrasi atau berkonflik dengan masyarakat lain, dapat memperbaiki kepaduan integrasi.
- Konflik dapat membantu menciptakan kohesi melalui aliansi dengan kelompok lain. Contoh, konflik antara bangsa Arab dan Israel akan menimbulkan aliansi antara Israel dan Amerika Serikat. Sehingga berkurangnya konflik Israel dengan Arab mungkin dapat memperlemah hubungan antara Israel dan Amerika Serikat.
- Konflik dapat membantu mengaktifkan peran individu yang semula terisolasi. Protes terhadap perang Vietnam memotivasi kalangan anak muda untuk pertama kali berperan dalam kehidupan politik di Amerika. Dengan berakhirnya konflik Vietnam muncul kembali semangat apatis dikalangan pemuda Amerika.
- Konflik juga dapat membantu fungsi komunikasi. Sebelum konflik, kelompok-kelompok mungkin tidak percaya terhadap posisi musuh mereka, tetapi akibat konflik, posisi dan batas antar kelompok ini sering menjadi diperjelas. Oleh karena itu individu bertambah mampu memutuskan untuk mengambil tindakan yang tepat dalam hubungannya dengan musuh mereka. Konflik juga memungkinkan pihak yang bertikai menemukan ide yang lebih baik mengenai kekuatan relatif mereka dan meningkatkan kemungkinan untuk saling mendekati atau saling berdamai.
MANAJEMEN KONFLIK
Manajemen konflik
merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam
suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk
tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi
kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang
berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang
akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara
pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross bahwa
manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak
ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin
atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif,
bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri
sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak
ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang
berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi
(termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan
dan penafsiran terhadap konflik.
Fisher menggunakan
istilah transformasi konflik secara lebih umum dalam menggambarkan situasi
secara keseluruhan.
- Pencegahan Konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang keras.
- Penyelesaian Konflik, bertujuan untuk mengakhiri perilaku kekerasan melalui persetujuan damai.
- Pengelolaan Konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan perilaku positif bagi pihak-pihak yang terlibat.
- Resolusi Konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru dan yang bisa tahan lama diantara kelompok-kelompok yang bermusuhan.
- Transformasi Konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari peperangan menjadi kekuatan sosial dan politik yang positif.
Tahapan-tahapan diatas
merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik. Sehingga
masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya misalnya pengelolaan
konflik akan mencakup pencegahan dan penyelesaian konflik.
Sementara Minnery
menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses, sama halnya dengan
perencanaan kota merupakan proses. Minnery juga berpendapat bahwa proses
manajemen konflik perencanaan kota merupakan bagian yang rasional dan bersifat
iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan kota
secara terus menerus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model yang
representatif dan ideal. Sama halnya dengan proses manajemen konflik yang telah
dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik perencanaan kota meliputi beberapa
langkah yaitu: penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau
ditekan/didiamkan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi
konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya),
menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan
peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik.
Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan
melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai
partisipan atau pihak ketiga.
- Teori-teori Konflik
Teori-teori utama
mengenai sebab-sebab konflik adalah:
Teori Hubungan
Masyarakat
Menganggap bahwa
konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan
permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat.
Sasaran: meningkatkan
komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta
mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman
yang ada didalamnya.
Teori Kebutuhan Manusia
Menganggap bahwa
konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental dan
sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti
pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi.
Sasaran:
mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak
terpenuhi, serta menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Teori Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa
konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan perbedaan
pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
Sasaran: membantu pihak
yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan
isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan
mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses
kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya
sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan.
Sasaran: melalui
fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik,
sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut
dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
Teori Kesalahpahaman
Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai
budaya yang berbeda.
Sasaran: menambah
pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi
streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan
keefektifan komunikasi antarbudaya.
Teori Transformasi
Konflik
Berasumsi bahwa konflik
disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul
sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Sasaran: mengubah
struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan
termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka
panjang di antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem.
Sekian dan Terimakasih
Semoga Bermanfaat.







0 komentar:
Posting Komentar